Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Hukum OHM

I. PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sekitar tahun 1825, George Simon ohm yang berasal dari Jerman, melakukan serangkaian percobaan. Percobaan itu menunjukan bahwa tidak ada penghantar listrik yang sempurna, Artinya setiap jenis zat mempunyai sifat penghambat arus listrik. Ohm menunjukan bahwa untuk bahan yang sama, kawat panjang memiliki hambatan lebih besar dari pada kawat pendek. Selain itu, dalam suatu rangkaian, makin besar hambatan makin besar pula potensial yang diperlukan untuk mengalirkan aliran listrik. Hukum Ohm yang berbunyi “besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya”. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan : V = I . R Dimana            V = Be

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Dewasa ini, hampir setiap kegiatan manusia berhubungan dengan sains dan teknologi. Sains dan teknologi telah mengubah cara kerja manusia yang dulu dilakukan secara manual, kini dikerjakan serba mekanik dan berteknologi. Kehadiran sains dan teknologi mendorong kinerja dan produktifitas menjadi lebih efektif dan efesien. Sekalipun tidak semua pekerjaan dapat digantikan oleh teknologi, seperti halnya guru, namun teknologi merupakan “makhluk baru” yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan aktivitas manusia. Dalam dunia pendidikan misalnya, kini teknologi menjadi bagian dari “guru” itu sendiri, yang sangat menunjang efektifitas sebuah proses pembelajaran. Menurut Anna Poedjiadi (2005), bahwa pembelajaran dalam dunia modern tidak dapat memisahkan diri dengan sains teknologi. Dalam bukunya “Sains Teknologi Masyarakat”, ia mengupas secara detail model-model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang tepat adalah menggabungan dua hal, yaitu seni dan ilmu. Dua hal inilah yang harus