BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kelangsungan hidup sel
tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk menyeimbangkan pengambilan dan
pengeluaran air. Pengambilan atau pengeluaran netto air oleh suatu sel terjadi
melalui osmosis, yaitu transpor pasif air melewati membran semipermeabel.
Potensial osmotic suatu larutan lebih menyatakan
status larutan yang dinyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau
satuan energi. Potensial osmotic air murni memiliki nilai = 0, sehingga jika
digunakan satuan tekanan maka nilainya menjadi 0 atm atau 0 bar. Potensial
osmotik cairan sel dapat diukur dengan mudah bila nilai potensial tekanan
cairan sel sama dengan nol, yaitu pada saat sel mengalami plasmolisis. Pada proses
plasmolisis dikenal istilah plasmolisis insipien yaitu kondisi dimana
protoplasma hampir terlepas dari dinding sel. Volume sel yang mengalami
plasmolisis sama dengan palsmolisis yang mengalami plasmolisis insipien.
Plasmolisis insipien dapat ditentukan dengan melihat jumlah sel yang
terplasmolisis dari populasi sel yang teramati. Suatu jaringan dalam keadaan
plasmolisis insipien bila 50% dari populasi sel yang teramati mengalami
plasmolisis.
Untuk menentukan dan mengetahui potensil
osmotik cairan sel dalam jaringan tumbuhan berdasarkan plasmometode cardacov maka
dilakukanlah pengamatan tentang potensial osmotik cairan sel.
1.2 Tujuan
praktikum
Tujuan
praktikum ini yaitu untuk menentukan potensil osmotik cairan sel dalam jaringan
tumbuhan berdasarkan metode chardakov.
BAB
II
BAHAN
DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, karter, penggaris,
label. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, kentang, metilen blue dengan
konsentrasi 0,1 ; 0,2; 0,3.
2.2 Cara Kerja
- Menyiapkan dua set tabung reaksi, dan setiap set terdiri dari 3 tabung dan menandai secara berurutan sebagai berikut : 0,1; 0,2; 0,3.
- Memasukkan kedalam tabung reaksi larutan metilen blue dengan konsentrasi yang tertera pada tabung.
- Membuat irisan kentang dengan panjang 5 cm dan tebal serta lebar 0,5 cm. Dan segera meletakkannya pada tempat tertutup untuk menghindari penguapan. Merendam 3 potongan kentang tersebut dalam masing-masing larutan metilen blue. Dan hanya satu set yang digunakan untuk merendam potongan kentang sebagai experiment dan 1 set lainnya sebagai control.
- Melakukan perendaman selama 20 menit. Setelah 20 menit kemudian membandingkan intensitas warna antara tabung reaksi experiment dan control.
- Menentukan larutan isotonik berdasarkan intensitas warna tersebut.
- Menghitung potensial osmotik cairan sel umbi kentang dengan menggunakan rumus
BAB III
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pengamatan
Tabel
Pengamatan sel epidermis umbi bawang
Konsentrasi (M)
|
Jumlah Sel Dalam %
|
|
Berplasmolisis
|
Tidak Berplasmolisis
|
|
0,14 M
0,16 M
0,18 M
0,20 M
0,22 M
0,24 M
0,26 M
|
20 %
25 %
35 %
48 %
65 %
70 %
95 %
|
80 %
75 %
65 %
52 %
35 %
30 %
5 %
|
Konsentrasi saat terjadi plasmolisis
insipen : 0,20 M
Perhitungan Potensial Osmosis :
3.2 Pembahasan
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar
sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel
tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks
sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen
yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins,
1992).
Sel tumbuhan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sel
epidermis umbi bawang, sedangkan konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan
adalah 0,14 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M dan 0,26 M. Larutan yang di dalamnya
terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis
disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam
keadaan tanpa tekanan. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan
menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap
cairan sel. Berdasarkan hasil praktikum, plasmolisis insipien terjadi pada
konsentrasi 0,20 M dengan potensial osmosis -4,48 X bar. Potensial air murni
pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan
nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif
(Salisbury dan Ross, 1992).
Osmosis pada
hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial
dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul
air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar
pula tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan
keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi (Kimball, 1983).
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka
arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan
dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak
dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup
besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.
Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan
plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Membran protoplasma dan sifat
permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis.
Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi
udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna
kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis.
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang menembus
lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan
sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu
sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Komponen potensial air pada tumbuhan
terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan
adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel.
Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.
Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama
dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik
dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu,
adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel,
larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial
osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu
berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun
(semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi
maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).
Keadaan volume vakuola dapat untuk
menahan protoplsma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan
sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel.
Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis
insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami
plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik
larutan penyebab plasmolisis insipien
setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan
larutan tercapai (Salisbury dan Ross, 1992).
Adanya potensial osmosis cairan sel
air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada
di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat
pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar
potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis
adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan
keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).
Karakteristik permeasi air pada membran
osmosis balik telah dipelajari dengan menggunakan membran komposit modul modul
sopitral wound dan larutan klorida dalam air dalam larutan umpan (Winduwati,
2000).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu :
1.
Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis
dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien.
2.
Plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,20 M
3.
Potensial osmotik pada konsentrasi 0,20 M sebesar -4,48 X bar.
4.
Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami
plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel
yang mengalami plasmolisis.
5.
Faktor yang menetukan
nilai potensial air, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel.
DAFTAR PUSTAKA
Http://munadryaslam.blogspot.com/2011/01/potensial-osmotik-cairan-sel.html.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jakarta
: Erlangga.
Meyer,
B.S and Anderson,
D.B. 1952. Plant Physiology. New York : D Van Nostrand Company Inc.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant
Physiology. California : Wadswovth Publishing co.
Tim
dosen. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bandar
Lampung.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Jakarta :
Bumi Angkasa.
Winduwati S, Dkk. 2000. Karakteristik
Osmosis Balik Membran Spiral Wound. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah
Radio Aktif.
ijin kopipaste ya, terimakasih
BalasHapus