Mantangan (Merremia peltata) merupakan salah satu jenis tanaman invasif yang memang kebaeradaanya berapa pada hutan hutan tropis yang ada di asia dan afrika maupun amerika
mantangan masuk kedalam bangsa convolvulaceae ( bangsa kangkung kangkungan)
di indonesia mantangan berada pada keadaan paling merusak setelah kerusakan yang disebabkan kehilangan suatu habitat mantangan sendiri dapat bereproduksi secara generatif maupun vegetatif
untuk regenerasi generatif yang melalui organ generatif menggunakan biji sedang kan generasi vegetatif menggunakan akar dan juga batang dai tanaman tersebut.
PENDAHULUAN
Kawasan
konservasi di Indonesia pada saat ini telah mengalami permasalahan ekologi yang
ditimbulkan oleh IAS. Spesies tumbuhan asing invasif yang sudah menjadi infasif
di beberapa tempat seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Invasive Allien Species (IAS) merupakan spesies yang tumbuh dan
berkembang sangat baik pada suatu ekosistem yang bukan merupakan ekosistem
alaminya. Pada dasarnya IAS akan
menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi, berbahaya bagi hewan, tumbuhan,
bahkan manusia. Sehingga dampak negatif
yang di timbulkan akan lebih banyak dari pada dampak positifnya (ISAC, 2006). Mantangan (Merremia peltata ) merupakan salah satu jenis dari IAS yang
termasuk salah satu jenis tumbuhan liana yang berada pada daerah tropis
(Miller, 1995). Upaya
penanggulangan mantangan untuk saat ini masih sangat minim karena informasi
tentang morfologi dan fisiologi mantangan masih kurang. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
tentang laju pertumbuhan mantangan secara generatif dan beberapa proses yang mendukung
regenerasi generatif dari mantangan.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tepatnya di desa
Pemerihan, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada
bulan September sampai dengan bulan November 2013.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur panjang (jangka sorong),
kamera, tropong untuk pengamatan satwa yang berpeluang menjadi polinator alami
mantangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan mantangan
yang tumbuh dari biji mantangan pada lahan yang terbuka dan mantangan dewasa
yang telah berbunga.
Prosedur Pelaksanaan di Lapangan
Prosedur pelaksanaan
di lapangan dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan mantangan yang tumbuh
dari regenerasi generatif, benih yang didapatkan di sekitar taman nasional akan
disemai dan diukur laju pertumbuhannya.
Pengamatan lama
waktu perubahan bunga mantangan hingga menjadi biji mantangan dan pengamatan
serangga yang berpeluang menjadi polinator bagi mantangan dilakukan secara
langsung dengan mengamati mantangan yang sudah dewasa. Pengambilan data di
lapangan terdiri dari beberapa tahap diantaranya:
Penentuan Lokasi Pengambilan Data
Pengamatan laju
pertumbuhan mantangan dilakukan pada lahan yang terbuka yaitu lahan yang telah
dibuka oleh masyarakat seperti kebun dan ladang di sekitar taman nasional. Pegambilan data pengamatan bunga dan pengamatan
serangga yang berpeluang menjadi polinator mantangan dilakukan di sekitar resort
pemerihan.
Pengambilan Data Mantangan
Pengambilan
data pertumbuhan mantangan dilakukan pada anakan mantangan yang ditemukan
disekitar taman nasional. Anakan
mantangan yang ditemukan disekitar taman nasional akan diambil dan disemai di
area resort pemerihan agar hlebih mudah diamati dan dirawat, anakan
mantangan yang telah disemai dan dipindahkan dirawat selama 2 minggu. Anakan mantangan yang sudah disemai selama 2
minggu diukur pertumbuhannya dengan parameter yang di amati adalah panjang
batang, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, cabang primer, dan cabang
sekunder. Pengambilan data mantangan dilakukan dengan mengamati 4 tumbuhan
mantangan yang telah disemai selama 2 minggu. Pengambilan data panjang dan
lebar daun dilakukan dengan mengukur 3 helai daun paling bawah pada
masing-masing pohon mantangan. .
Pengamatan
fenologi bunga mantangan dilakukan untuk mengetahui lama fase perubahan
morfologi bunga, dari kuncup bunga hingga berubah menjadi biji. Fase inisiasi akan dicatat berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk berubah menjadi fase kuncup bunga kecil, fase kuncup
bunga kecil dicatat berapa waktu yang dibutuhkan untuk berubah menjadi fase
bunga kuncup besar, kemudian fase kuncup bunga besar dicatat berapa waktu yang
dibutuhkan hingga berubah menjadi fase bunga terbuka, dan fase bunga terbuka
akan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan menjadi biji.
Untuk
pengambilan data serangga yang berpeluang sebagai polinator mantangan akan
dilakukan selama 3 hari dengan waktu pengamatan per harinya dimulai dari 07.00
sampai dengan pukul 10.00 kemudian dilanjutkan kembali pada pukul 13.00 sampai
dengan 16.00. Setiap satwa yang singgah
dan beraktivitas di dalam area pengamatan akan dicatat dan diidentifikasi
menggunakan buku identifikasi serangga Boror
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan
statistik deskriptif. Data sampel disajikan dalam bentuk tabel dan
dideskripsikan sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju
pertumbuhan generatif mantangan
Berdasarkan hasil penelitian, setiap pertumbuhan mantangan yang di
amati memiliki laju pertumbuhan yang berbeda. Pengamatan yang dilakukan pada 4
sempel tanaman mantangan yang berada di kawasan taman nasional bukit barisan
selatan dengan parameter tinggi batang, lebar daun, panjang daun, jumlah daun dan
jumlah cabang primer serta sekunder, hasil rata-rata menunjukkan pertumbuhan
yang sangat pesat. Berdasarkan tabel 4 panjang batang pada minggu pertama adalah 23,44cm mencapai 51,12cm pada minggu
ke empat. Pertambahan lebar daun mencapai 4,49cm dan panjang daun 8,64cm selama
empat minggu. Jumlah daun selama empat minggu mencapai 23 helai dan jumlah
cabang primer dua buah serta tidak memiliki cabang sekunder.
Tabel 4. Laju pertumbuhan
generatif mantangan (Generative growth rate of
mantangan)
No
|
Minggu Ke
|
Rata-rata laju pertumbuhan generatif mantangan
|
|||||
Panjang batang
|
Lebar daun
|
Panjang daun
|
Jumlah daun
|
Jumlah cabang primer
|
Jumlah cabang sekunder
|
||
1
|
I
|
23.44
|
4.05
|
8.12
|
12
|
2
|
-
|
2
|
II
|
33.15
|
4.22
|
8.48
|
16
|
2
|
-
|
3
|
III
|
43.33
|
4.29
|
8.53
|
20
|
2
|
-
|
4
|
IV
|
51.12
|
4.49
|
8.64
|
23
|
2
|
-
|
Secara umum pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain
cahaya, udara, air dan tanah. Sedangkan faktor internal berasal dari tanaman
itu sendiri (faktor genetik). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh pada
proses pertumbuhan tanaman dan saling berhubungan satu sama lain, apabila salah
satu faktor tidak tersedia bagi tanaman atau ketersediaan-nya tidak dalam
keadaan seimbang maka akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan bahkan
bisa menyebabkan tanaman menjadi mati (nurkhasanah, dkk, 2013).
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi
bagi kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada (Lukitasari, 2012). Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya
matahari mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti
fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon dioksida diubah
menjadi zat makanan dengan bantuan sinar matahari, sedangkan zat hara
dibutuhkan agar tumbuhan dapat berkembang dan bertumbuh dengan baik. Taman
nasional bukit barisan selatan mempunyai tanah yang subur sehingga memiliki
kandungan zat hara yang cukup untuk tumbuhan.
Tersedianya air dan kelembapan udara juga merupakan faktor yang sangat mendukung
untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Doorenbos dan Kassam (1979)
menyatakan bahwa ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan
untuk pertumbuhan tanaman, di-antaranya untuk peningkatan luas daun. Pencahayaan
yang cukup serta suhu yang optimal di kawasan tersebut sangat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan mantangan.
Ada daftar pustakanya tidak?
BalasHapusDaftar pustakanya dimana ya min?
BalasHapusDapus
BalasHapus