BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Suatu fenomena yang menjadi jalan
masuknya zat-zat kedalam tubuh tumbuhan adalah imbibisi. Imbibisi merupakan
peristiwa migrasi molekul-molekul air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori)
cukup besar dan kemudian molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut.
Imbibisi dapat berlangsung bila ada afinitas (daya ikat) yang kuat antara
imbiban (substansi penyerap air) dan air dari lingkungan sekitarnya.
Imbibisi merupakan salah satu
gejala fisika yang penting pada tumbuhan. Penyerapan air oleh imbiban ini
mengawali proses perkecambahan. Jenis biji yang satu dengan biji yang lain
banyak mengalami perbedaan dalam proses penyerapan air. Kecepatan imbibisi pada
biji berbeda-beda. Penyerapan air oleh imbiban juga berbeda ketika diletakkan
pada suhu yang berbeda.
Untuk lebih mengetahui bagaimana
proses imbibisi yang penting pada tumbuhan terjadi dan mengetahui dengan jelas
apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam imbibisi serta bagaimana
pengaruh suhu terhadap proses imbibisi tersebut maka dilakukan pengamatan
tentang imbibisi ini.
1.2 Tujuan
praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu untuk
mengamati gejala fisika (imbibisi) yang penting pada tumbuhan.
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu kacang hijau, kacang kedelai, biji jagung dan aquades. Dan
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, beaker glass,
lemari es, neraca atau timbangan, alumunium foil, silet, label, isolasi.
2.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan
2 set tabung reaaksi masing-masing terdiri atas 3 tabung, kemudian memasukkan 5
gram kacang hijau, kedelai dan jagung kedalam tiap-tiap tabung dan memberinya
tanda.
2. Menambahkan
air 15 ml, menandai permukaan air dan permukaan biji.
3. Menutup
tabung reaksi dengan alumunium foil. Satu set yang lain diruaangan bersuhu
dingin (4o C), dan membiarkan selama kurang lebih 20 jam.
4. Mengamati
tanda permukaan air, permukaan biji dan banyaknya air yang tersisa.
5. Menghitung
jumlah air yang terserapmenit. Hasil perhitungannya menunjikkan kecepatan
imbibisi.
6. Mencatat
data dalam tabel.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Kecepatan imbibisi pada setiap
jenis biji yang disimpan pada suhu yang berbeda.
Jenis Biji
|
Suhu
|
Permukaan air
|
Permukaan biji
|
Kecepatan imbibisi
|
Kacang hijau
|
Kamar
|
6 ml
|
5,7 gram
|
0,3 ml/jam
|
4o C
|
5 ml
|
4,51 gram
|
0,25 ml/jam
|
|
kedelai
|
Kamar
|
7 ml
|
7 gram
|
0,35 ml/jam
|
4o C
|
9 ml
|
6,08 gram
|
0,45 ml/jam
|
|
jagung
|
Kamar
|
1,5 ml
|
2,3 gram
|
0,075 ml/jam
|
4o C
|
1,5 ml
|
1,27 gram
|
0,075 ml/jam
|
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan imbibisi yang telah ada terdapat perbedaan kecepatan imbibisi pada
setiap biji yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 4o C. pada jenis
biji kacang hijau yang diberikan aquades sebanyak 15 ml dan diletakkan pada
suhu kamar setelah kurang lebih 20 jam mengalami pengurangan air sebanyak 6 ml
dan biji kacang hijau tersebut mengalami pertambahan berat hingga 5,7 gram,
sehingga kecepatan imbibisi yaitu 0,3 ml/jam. Pada biji kedelai setelah diamati
juga mengalami hal yang sama. Banyaknya air yang diberikan sebelumnya yaitu 15
ml, setelah diletakkan pada suhu kamar selama kurang lebih 20 jam air tersebut
mengalami pengurangan hingga 7 ml, dan bobot biji kedelai tersebut mengalami
peningkatan hingga 7 gram dan mendapatkan kecepatan imbibisi 0,35 ml/jam. Biji
jagung juga mengalami hal yang sama, setelah disimpan pada suhu kamar selama
kurang lebih 20 jam mengalami penyusutan air sbanyak 1,5 ml, dan mengalami
penambahan berat hingga mencapai 2,39 gram sehingga menghasilkan kecepatan
imbibisi 0,075 ml/jam. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa jenis biji yang
mengalami penyusutan air dan penambahan berat terbanyak yaitu jenis biji
kedelai dan yang terendah yaitu biji jagung.
Biji kacang hijau yang diletakkan
dalam suhu 4o C (lemari es) mengalami penyusutan air sebanyak 5 ml
dan penambahan berat sebanyak 4,51 gram dan kecepatan imbibisinya yaitu 0,23
ml/jam. Lain halnya pada biji kedelai, pada biji tersebut mengalami penyusutan
air sebanyak 9 ml dan penambahan berat sebanyak 6,08 gram ketika diletakkan
dalam lemari es dan memperoleh kecepatan imbibisi 0,45 ml/jam. Pad biji jagung
juga menglami hal yang sama, air menyusut sebanyak 1,5 ml dan mengalami
penambahan berat sebanyak 1,27 gram serta memperoleh kecepatan imbibisi 0,075
ml/jam.
Banyaknya air yang terserap
kedalam setiap jenis biji berbeda karena pada setiap jenis biji mempunyai daya
serap air yang berbeda dan pada masing-masing jenis biji mempunyai tingkat
kekeringan yang berbeda, dan biji yang kering mempunyai potensial air yang
rendah sehingga dapat menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan biji yang
kurang tingkat kekeringannya.
Kecepatan imbibisi pada ketiga
jenis biji sangat berbeda karena pada setiap biji mempunyai tekanan atau
potensial air yang berbeda, selain itu daya serap air oleh masing-masing biji
juga berbeda, dan struktur dari masing-masing biji juga tidak sama.
Dalam pengamatan ini, suhu sangat
mempengaruhi penyerapan air oleh biji, tingkat kecepatan penyerapan oleh biji
berbeda antara suhu kamar dengan suhu 4o C (lemari es).
Syarat agar terjadi imbibisi
yaitu adanya perbedaan potensial air antara benih dengan larutan, dimana
potensial air kurang dari potensial larutan, ada tarik menarik yang spesifik
antara air dengan biji, benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks
yang bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulosa, dan benih kering
memiliki potensial air sangat rendah. Hubungan antara Ψ (potensial air) dengan komponen penyusun:
Ψ = Ψm + Ψp. Volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji
setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses
metabolism Proses metabolime: aktivasi enzim, hidrolisis cadangan makanan,
dan respirasi (http://id.shvoong.com/exact
sciences/biology).
Imbibisi merupakan penyerapan air
akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi
menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu
perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan
pertumbuhan (campbeel, 2002).
Setelah air diserap oleh biji,
enzim yang terdapat pada biji akan aktif. Kemudian enzim mengaktifkan
metabolism sel, salah satuny untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk
proses oksidasi makanan cadangan yang terdapat dalam biji. Dengan demikian
hasil oksidasi dapat digunakan dalam pertumbuhan biji (Oman Karmana, 2008).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Imbibisi
merupakan peristiwa migrasi molekul-molekul air kesuatu zat lain yang berlubang
(berpori) cukup besar dan kemudian molekul-molekul air itu menetap didalam zat
tersebut.
2. Imbibisi
merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang
kering.
3. Suhu
sangat mempengaruhi penyerapan air oleh biji, tingkat kecepatan penyerapan oleh
biji berbeda antara suhu kamar dengan suhu 4o C (lemari es)
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, neil A. Dkk. 2002. Biologi
edisi kelima-jilid 2. Jakarta : Erlangga.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2073817-imbibisi/#ixzz1K8590lDG
Karmana,
oman. 2008. Cerdas belajar biologi untuk kelas XII. Bandung : penerbit grafindo
media pratama.
Tim
dosen. 2010. Penuntun praktikum.
Komentar
Posting Komentar
Mohon tidak ada Spam