Langsung ke konten utama

Kolom winogradsky

 Kolom winogradsky adalah salah satu cara sederhana untuk mempelajari cros section suatu lingkungan
alami di laboratorium. Kolom ini ditemukan oleh ahli mikrobiologi Rusia bernama Sergei Winogradsky (1856-1953) dan Martinus W. Beijerinck (1851-1931) yang digunakan sebagai model untuk mempelajari interaksi populasi bakteri pada berbagai komunitas perairan dan sedimen perairan dan sedimen. Menurut Jim Deacon (2005), Kolom winogradsky menggambarkan bagaimana mikroorganisme yang berbeda membentuk hubungan interdependen, dimana aktivitas suatu organisme mampu mempengaruhi organisme lain untuk tumbuh atau sebaliknya. Kolom winogradsky terdiri atas lumpur dan sedimen yang dimasukkan kedalam gelas silinder atau plastik tansparan. Penyusunan dalam bentuk "kolom" memungkinkan terbentuknya kondisi aerob di permukaan kolom dan kondisi mikroaerofil atau anoxic di bagian bawah (Sitaresmi, 2005). Bagian permukaan kolom terpapar dengan oksigen semakin ke bagian bawah kolom semakin kekurangan oksigen sampai ke bagian dasar merupakan zona anaerob. Bagian permukaan dan tepi kolom terpapar dengan cahaya sehingga dapat menggambarkan spektrum pertumbuhan organisme dari yang memutuhkan oksigen dan cahaya sampai organisme yang membutuhkan cahaya tetapi tidak membutuhkan oksigen.



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolom winogradsky adalah sebuah model ekosistem yang dapat digunakan untuk mempelajari keanekaragaman bakteri tanah. Bakteri pereduksi sulfat, bakteri fotosintetik dan bakteri kemolitotrof dapat ditemukan dalam kolom winogradsky. Penamaan model ini berasal dari nama mikrobiologis Rusia, Sergei Winogradsky yang menggunakan metode ini untuk mempelajari bakteri-bakteri tanah. Berdasarkan penelitiannya, dia berhasil mengembangkan konsep kemoautotrofi, dimana dijelaskan bakteri menggunakan Co2 untuk keperluan karbonnya dan menghasilkan energi bagi pertumbuhan selnya dengan mengoksidasi ion-ion anorganik.
Untuk mengoksidasikan kolom Winogradsky, bermacam-macam garam mineral, sumber sulfat dan lumpur dicampurkan, ditambah substrat fermentasi seperti selulosa. Campuran itu dipindahkan ke dalam tabung gelas transparan sebanyak setengah kapasitas volume gelas. Kemudian diisi dengan air lumpur dan disinari dengan lampu selama beberapa minggu. Selama penyimpanan terjadi perubahan yang dramatis berupa pembentukan lapisan-lapisan berwarna dalam kolom yang menandakan variasi mikroba tumbuh.
B.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang hidup di setiap lapisan kolom baik permukaan kolom, di tengah dan di dasar kolom.
II.  TINJAUAN PUSTAKA
 Ekosistem Buatan Kolom Winogradsky
Kolom winogradsky adalah salah satu cara sederhana untuk mempelajari cros section suatu lingkungan alami di laboratorium. Kolom ini ditemukan oleh ahli mikrobiologi Rusia bernama Sergei Winogradsky (1856-1953) dan Martinus W. Beijerinck (1851-1931) yang digunakan sebagai model untuk mempelajari interaksi populasi bakteri pada berbagai komunitas perairan dan sedimen perairan dan sedimen. Menurut Jim Deacon (2005), Kolom winogradsky menggambarkan bagaimana mikroorganisme yang berbeda membentuk hubungan interdependen, dimana aktivitas suatu organisme mampu mempengaruhi organisme lain untuk tumbuh atau sebaliknya. Kolom winogradsky terdiri atas lumpur dan sedimen yang dimasukkan kedalam gelas silinder atau plastik tansparan. Penyusunan dalam bentuk "kolom" memungkinkan terbentuknya kondisi aerob di permukaan kolom dan kondisi mikroaerofil atau anoxic di bagian bawah (Sitaresmi, 2005). Bagian permukaan kolom terpapar dengan oksigen semakin ke bagian bawah kolom semakin kekurangan oksigen sampai ke bagian dasar merupakan zona anaerob. Bagian permukaan dan tepi kolom terpapar dengan cahaya sehingga dapat menggambarkan spektrum pertumbuhan organisme dari yang memutuhkan oksigen dan cahaya sampai organisme yang membutuhkan cahaya tetapi tidak membutuhkan oksigen.
Menurut Atlas (1988), lumpur dan sedimen yang digunakan mengandung atau teraugmentasi dari substrat senyawa organik karbon, sulfide, dan sulfat. Hal ini yang mengakibatkan perkembangan sejumlah bakteri heterotrop dan photoautotroph termasuk bakteri sulfur photosintetik anaerob. Kolom ini dapat diisi dengan tanah, Lumpur, dan air dari berbagai maca lingkungan dan dapat dimodifikasi dengan kultur pengkayaan. Komunitas bakteri di alam mempunyai kelimpahan dan diversitas terbanyak misalnya dalam tanah. Pengetahuan akan komunitas tersebut akan sangat bermanfaat sebagai dasar penelitian maupun aplikasi selanjutnya  (Anonim, 2008a.
Alga dan Cyanobakterian
Mikroba ini berada pada permukaan kolom, mengisyaratkan produksi gas oksigen yang menjaga suasana aerobik di bagian permukaan kolom.
Penguraian Selulosa
Selulosa didegradasi dan hasilnya difermentasi oleh bakteri-bakteri anaerob dibagian dasar kolom. Fermentasi ini menghasilkan asam organik seperti asam laktat dan asam asetat.
Bakteri pereduksi sulfat
Laktat dihasilkan di bagian dasar beserta sulfat di dalam kolom digunakan oleh bakteri pereduksi sulfat seperti Desulfovibrio desulfuricans. Bakteri tersebut melakukan respirasi sulfat dimana sulfat direduksi menjadi H2S. Beberapa H2S yang dihasilkan bereaksi dengan berbagai logam di dalam lumpur menyebabkan lapisan ini berwarna hitam.
Bakteri sulfur Fototropik
Contoh bakteri ini adalah Chromatium yang dapat memanfaatkan H2S untuk fotosintesis anoksigenik. Fotosintesis ini terjadi dalam kondisi anaerob. H2S berperan sebagai reduksi energi dan dirubah menjadi elemen sulfur yang tinggal di dalam selnya sebagai butiran-butiran sulfur. Bakteri ini mempunyai pigmen fotosintetik seperti bakteri klorofil dan karetenoid. Pigmen tersebut menyebankan lapisan ditempatinya berwarna ungu, merah dan coklat.
Bakteri Sulfur Hijau Fototropik
Contoh bakteri ini adalah Clorobium yang menggunakan H2S sebagai sumber pereduksi energi  dan merubahnya menjadi elemen sulfur dikeluarkan dari dalam selnya.
Bakteri ungu nonsulfur
Contoh bakteri ini adalah Rhodobacter dan Rhodospirillum. Dalam keadaan normal bakteri ini tumbuh secara fotoheterotrof menggunakan senyawa organik ( Contoh: suksinat dan glutamat) sebagai sumber karbon dan mereka memperoleh energi melalui fotosintesis anoksigenik. Mereka juga dapat tumbuh secara fotoautotrof menggunakan CO2 sebagai sumber karbon dan gas hidrogen atau sulfida dengan kosentrasi rendah sebagai pereduksi energi. Jika cahaya sangat terbatas mereka tumbuh secara heterotrof.
Di dalam kolam, bakteri ini tumbuh pada area mikroaerofilik. Mereka membuat kultur berwarna coklat hingga kemerahan di dalam air atau membentuk lapisan diantara lapisan lumpur dengan lapisan air.
Bakteri Kemolitotrofik
Dalam zona aerobik di dalam kolom yaitu pada lapisan air bagian atas, dapat ditemukan bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus dan Boggiatoa. Thiobacillus mampu mengambil CO2 bagi keperluan karbonnya dan mendapat energi dengan mengoksidasi H2S untuk memproduksi sulfat atau asam sulfat (Praktikum mikrobiologi tanah, 2011).
Fotosintesis terjadi di berbagai variasi organisme dan dalam bentuk berbeda, termsuk fotosintasis yang menghasilkan oksigen(oksigenik) dan tidak menghasilkan oksigen(anoksigenik). Fotosintesis anoksigenik biasanya terjadi di 4 kelompok bakteri yang berbeda: bakteri ungu, bakteri hijau sulfur, bakteri hijau non-sulfur dan heliobakteri. Fotosintesis oksigenik terjadi pada cyanobacteria, 7 kelompok alga dan semua tumbuhan daratan. Fotosintesis oksigenik dan anoksigenik mempunyai pigmen yang sama yang digunakan untuk menangkap energi cahaya, namun penyusunan dan kerja pigemn ini berbeda (Anonim, 2009b).
Kolom Winogradsky adalah suatu miniatur ekosistem buatan untuk membiakkan mikroba yang menyerupai kondisi ekologis sebenarnya dengan menyediakan sumber bakteri jangka panjang untuk pengkayaan kultur. Kolom Winogradsky adalah salah satu cara sederhana untuk mempelajari hubungan silang antara dua komponen suatu lingkungan alami di laboratorium.
Kolom Winogradsky merupakan ide seorang ilmuwan Rusia bernama Sergei Winogratsky (1856-1953) dibantu oleh Martinus Beijerinck. Keduanya adalah ilmuwan yang pertama kali mempelajari mikrobiologi lingkungan, di mana saat itu penelitian mengenai mikrobiologi hanya berkisar pada bakteri patogen, dan penelitiannya memberi banyak kontribusi pada pemahaman mikrobiologi lingkungan dan siklus nutrisi, seperti sulfur dan nitrogen.
Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.
Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D. Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsiyang berbeda. Komposisi dan fungsi masing-masing cat Gram, adalah sebagai berikut :
1. Cat Gram A
Cat ini terdiri atas :
Kristal violet : 2 gram
Etil alkohol 95 : 20 ml
Ammonium oksalat : 0,8 gram
Akuades : 80 ml
Cat Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Cat Gram A merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat Gram A.
2. Cat Gram B
Cat ini terdiri atas :
Yodium : 1 gram
Kalium Yodida : 2 gram
Akuades : 300 ml
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).
3. Cat Gram C
Cat ini terdiri atas :
Aseton : 50 ml
Etil alkohol 95 % : 50 ml
Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya. Akibat pemberian cat C akan terjadi 2 kemungkinan :
§ Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif.
§ Bakteri akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol.Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif.
4. Cat Gram D
Cat Gram D terdiri atas :
Safranin : 0,25 gram
Etil alkohol 95 % : 10 ml
Akuades : 90 ml
Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer. Akibat pemberian cat Gram D, akan terjadi 2 kemungkinan :
§   Bakteri Gram positif akan tetap berwarna ungu, karena telah jenuh   mengikat cat Gram A sehingga tidak mampu lagi mengikat cat Gram D.
§   Bakteri Gram negatif akan berwarna merah, karena cat sebelumnya telah   dilunturkan oleh cat Gram C maka akan mampu mengikat cat Gram D.
(Anonim, 2010d).

III.PROSEDUR PERCOBAAN
A.    Alat dan Bahan
a.       Alat.
Alat yang digunakan dal;am praktikum kali ini adalah :
-          Tabung gelas transparan
-          Gelas beaker 250 ml
-          Batang pengaduk gelas
-          Lampu pijar (60-75 watt)
b.      Bahan.
Bahan yang digunakan adalah :
-          Sumber selulosa (kertas saring/kertas koran)
-          Kalsium sulfat.
-          Lumpur sawah dan lumpur sungai.

B.     Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Prosedur pertama
1.    Membuat campuran kental selulosa-lumpur. Jika menggunakan kertas, potong kertas kecil-kecil. Memasukkan lumpur. Jika terlalu padat tambahkan sedikit air. Jika menggunakan bubuk selulosa, tambahkan 1-2 gram dalam sedikit air. Larutan dibuat kental tetapi tidak berbentuk pasta.
2.    Memasukkan selulosa kental ke dalam tabung samapai 1/3 volume tabung.
3.    Ke dalam 200 gram lumpur, menambahkan 1, 64 gram kalsium fosfat dan masing-masing 1,3 gram kalsium karbonat dan potasium posfat. Mencatat asal sumber lumpur yang dipakai.
4.    Menambah air lumpur ke dalam campuran no 3 dan melarutkan dengan batang pengaduk.
5.    Menambah lumpur ke dalam kolam pada bagian atas selulosa kental
             (no 2).
6.    Menggunakan batang pengaduk, larutkan keduanya. Saat diaduk masukkan campuran ke dalam kolom. Ketika mencampur bisa ditambahkan air dari genangan lumpur. Campuran selulosa/lumpur/air kira-kira 2/3 volume kolom.
7.    Menambahkan lagi air lumpur sampai 90% volume kolom.
8.    Menutup kolom dengan aluminium foil untuk menghindari penguapan. Mencatat penampakan kolom.
9.    Menginkubasi pada suhu ruang selama 2 minggu.
        Prosedur setelah 2 minggu
1.    Melepaskan aluminium foil dan mencatat penampakakn kolom. Bagian bawah seharusnya akan berwarna hitam yang menunjukkan kehadiran bakteri pereduksi sulfat.
2.    Tanpa menutup kolom kembali pasang lampu beberapa cm dari kolom. Menginkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu.
Prosedur pemeriksaan lanjutan
1.    Memeriksa kolom secara teratur. Mencatat waktu pembentukkan lapisan merah, coklat atau hijau ini mebnandakan bakteri anorganik fotosintetik.
2.    Mengambil cairan di permukaan kolom dan mengamati di bawah mikroskop. Bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus dan Beggiota dapat ditemukan dalam cairan tersebut. Membandingkan bakteri hasil pengamatan dengan ciri-ciri morfologi bakteri berikut
     Beggiota            : sel-sel tidak berwarna dengan lebar 1-25um dan panjang 2-10um. Berbentuk filamen dengan luas konstan. Filamen-filamen berisi 50 sel atau lebih. Sel sering kali melebar ketika mereka panjang. Filamen dapat berupa satu atau serat. Sel berisi butiran-butiran sulfur ketika tumbuh pada kondisi lingkunagn yang mengndung H2S.
     Thiobacillus       : gram negative, berbentuk batang (0,5 x 1,4 um).
3.    Mengamati dan mendeskripsikan bakteri yang terdapat pada tiap-tiap lapisan kolom.
 
IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 hasil pengamatan kenampakan bakteri adalah sebgai berikut:
No.
lapisan
Form
Margin
Elevasi
1.
Atas 10-2
Tak beraturan
Berombak
seperti tombol
Bundar
Berombak
Seperti timbul
Bundar
Licin
Timbul
Berbenang-benang
Benang
Timbul
2.
Atas 10-3
Tak beraturan
Berombak
Datar
Tak beraturan
Berlekuk
Datar
Bundar dan depan timbul
Tak beraturan
Timbul
Bundar
Licin
timbul
Tak beraturan
Tak beraturan
Timbul
Bundar
Licin
cembung
Konsentris
Licin
Cembung
Tengan 10-2
Circular
Entire
Flat
Ireguler
Filamentous
Flat
Ireguler
Undulate
Flat
Ireguler
Lombate
Flat
Tengah 10-3
Circular
Entire
Convex
Curled
Undulate
Unbonate
Ireguler
Undulate
Raised
Filamentous
Lombate
Flat
Bawah 10-2
Curled
Undulate
Undulate
Curled
Undulate
Undulate
Torulued
Lobate
Unbonate
Amoeboid
Serrate
Convex
Amoeboid
Serrate
Convex
Torulued
Entire
Unbonate
Circuled
Entire
Unbonate
Bawah 10-3
Circular
Undulate
Convex
amoeboid
Serrate
Flat
Ireguler
Undulate
Convex
Torulued
Lobate
Flat
Tabel 1.2 Tabel pengecatan gram
No.
Lapisan
Hasil Pengecatan
Bentuk
Warna
Sifat Gram
1
Atas
Bacil
Ungu
Positif
2
Tengah
Bacil
Ungu
Positif
3
Bawah
Bacil
Ungu
Positif
B. Pembahasan
 Kolom winogradsky adalah sebuah model ekosistem yang dapat digunakan untuk mempelajari keanekaragaman bakteri tanah. Kolom ini ditemukan oleh ahli mikrobiologi Rusia bernama Sergei Winogradsky (1856-1953) dan Martinus W. Beijerinck (1851-1931) yang digunakan sebagai model untuk mempelajari interaksi populasi bakteri pada berbagai komunitas perairan dan sedimen perairan dan sedimen (Anonim, 2011c).
  
Terdapat berbagai janis mikroorganisme di berbagai lapisan, diantaranya yaitu:
Alga dan Cyanobakterian
Mikroba ini berada pada permukaan kolom, mengisyaratkan produksi gas oksigen yang menjaga suasana aerobik di bagian permukaan kolom.
Penguraian Selulosa
Selulosa didegradasi dan hasilnya difermentasi oleh bakteri-bakteri anaerob dibagian dasar kolom. Fermentasi ini menghasilkan asam organik seperti asam laktat dan asam asetat.
Bakteri pereduksi sulfat
Laktat dihasilkan di bagian dasar beserta sulfat di dalam kolom digunakan oleh bakteri pereduksi sulfat seperti Desulfovibrio desulfuricans. Bakteri tersebut melakukan respirasi sulfat dimana sulfat direduksi menjadi H2S. Beberapa H2S yang dihasilkan bereaksi dengan berbagai logam di dalam lumpur menyebabkan lapisan ini berwarna hitam.
Bakteri sulfur Fototropik
Contoh bakteri ini adalah Chromatium yang dapat memanfaatkan H2S untuk fotosintesis anoksigenik. Fotosintesis ini terjadi dalam kondisi anaerob. H2S berperan sebagai reduksi energi dan dirubah menjadi elemen sulfur yang tinggal di dalam selnya sebagai butiran-butiran sulfur. Bakteri ini mempunyai pigmen fotosintetik seperti bakteri klorofil dan karetenoid. Pigmen tersebut menyebankan lapisan ditempatinya berwarna ungu, merah dan coklat.
Bakteri Sulfur Hijau Fototropik
Contoh bakteri ini adalah Clorobium yang menggunakan H2S sebagai sumber pereduksi energi  dan merubahnya menjadi elemen sulfur dikeluarkan dari dalam selnya.
Bakteri ungu nonsulfur
Contoh bakteri ini adalah Rhodobacter dan Rhodospirillum. Dalam keadaan normal bakteri ini tumbuh secara fotoheterotrof menggunakan senyawa organik ( Contoh: suksinat dan glutamat) sebagai sumber karbon dan mereka memperoleh energi melalui fotosintesis anoksigenik. Mereka juga dapat tumbuh secara fotoautotrof menggunakan CO2 sebagai sumber karbon dan gas hidrogen atau sulfida dengan kosentrasi rendah sebagai pereduksi energi. Jika cahaya sangat terbatas mereka tumbuh secara heterotrof.
Di dalam kolam, bakteri ini tumbuh pada area mikroaerofilik. Mereka membuat kultur berwarna coklat hingga kemerahan di dalam air atau membentuk lapisan diantara lapisan lumpur dengan lapisan air.
Bakteri Kemolitotrofik
Dalam zona aerobik di dalam kolom yaitu pada lapisan air bagian atas, dapat ditemukan bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus dan Boggiatoa. Thiobacillus mampu mengambil CO2 bagi keperluan karbonnya dan mendapat energi dengan mengoksidasi H2S untuk memproduksi sulfat atau asam sulfat (Praktikum mikrobiologi tanah, 2011).
Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya (Anonim, 2011d).
   Dari hasil pengamatan terdapat berbagai jenis bakteri. Hal ini dapat dilihat dari kenampakannya yang berbeda-beda. Yang dilihat dari bentuk, elevasi dan marginnya. Begitu pula dengan warna dari setiap koloni bakteri. Selain di lihat dari kenampakkannya di lihat juga dari bentuk selnya dengan menggunakan mikroskop dengan menggunakan cat gram. Terlihat bahwa bakteri tersebut berbentuk bacil (batang) dan berwarna ungu setelah di cat ini berarti cat tersebut dapat mengikat cat utama sehingga bakteri tersebut adalah bakteri gram positif. Dari hasil praktikum ini setelah diisolasi tidak terlihat jelas adanya perbedaan jelas antara setiap lapisan dimungkinkan karena ketika pengambilan sampel, terdapat bakteri yang tercampur.
V.KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1.  Kolom winogradsky adalah sebuah model ekosistem yang dapat digunakan untuk mempelajari keanekaragaman bakteri tanah.
2. Pengcatan gram bakteri yang di dapaat adalah gram positif.
3. Bakteri dari setiap lapisan berbentuk basil(batang).
4. Mikroorganisme berkembang biak dan membentuk zona-zona berbeda. Mikroorganisme aerobik akan berkumpul di permukaan, biasanya alga, cyanobacteria, dan bakteri pengoksidasi sulfur karena adanya oksigen, sedangkan organisme yang butuh kadar oksigen rendah atau anaerob akan menempati lapisan bawahnya, seperti contohnya bakteri sulfur ungu dan bakteri non-sulfur ungu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008a. Fotosintesis anorganik.http://cyber-biology.blogspot.com. Diakses 2 Januarri 2011.
Anonim. 2009b. Kolom Winogradsky.http://awalbarri.wordpress.com. Diakses 2 Januarri 2011.
Anonim. 2011c). Kolom Winogradsky.http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses 2 Januarri 2011.
Anonim, 2010d).Pengecatan Gram.http://jakapratamaputra.blogspot.com. Diakses 2 Januarri 2011.
Penuntun Praktikum mikrobiologi tanah, 2011.Mikrobiologii Tanah.Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sel Epitel Rongga Mulut

BAB I PENDAHULUAN    1.1 Latar belakang                     Sel epithelium merupakan sel penutup permukaan tubuh,baik permukaan tubuh sebelah luar atau permukaan tubuh sebelah dalam.Contoh permukaan sebelah luar yang memiliki sel epithelium adalah kulit,sedangkan permukaan sebelah dalam tubuh yang mengandung epithelium adalah permukaan dalam usus,paru-paru,pembuluh darah,dan rongga tubuh.Epitelium yang berada di dinding dalam kapiler darah dan pembuluh linfa disebut endothelium.sedangkan yang melapisi rongga tibuh disebut mesotelium.      Sel-sel epithelium terikat satu dengan yang lainnya oleh zat pengikat antar sel,sehingga hamper tidakada ruangan antars el.Dengan demikian,sel ini dapat melindungisel dibawahnya dari pengaruh lingkungan luar.Karena proses pengeluaran dan pemasukan zat dari dalam atau luar tubuh banyak melalui epithelium,maka sifat permeabelitas dari sel-sel epitel memegang peran penting dalam pertukaranzat antara l

BELAJAR SHOPEE UNTUK PEMULA

Diera pandemi seperti sekarang ini, kesulitan ekonimi dirasakan diseluruh bidang perekonomian. adanya PPKM membuat masyarakat tidak leluasa untuk keluar rumah sekadar berbelanja barang kebutuhanya. Marketplace hadir sebagai solusi. dengan hadirnya marketplace di indonesia, mampu menjadi salah satu alternatif tempat belanja pilihan untuk pemenuhan kebutuhan. kenapa online? pesatnya perkembangan digital yang amat sangat pesat membuat pasar online mampu menjadi primadona masyarakat penikmat fasilitas online.  marketplace hadir sebagai salah satu tempat pengembangan ekonomi di era pandemi. mampu bersaing berjualan di era pandemi dengan jutaan seller adalah hal yang menguntungkan. dan kamu bisa jadi salah satunya. yuk ikut kembangkan ekonomi dengan berjualan di marketplace... SHOPEE adalah salah satu marketplace andalan yang paling banyak diminati oleh masyarakat. belajar bersama menuju sukses bersama kelas shopee untuk pemula. yuk gabung dengan klik link dibawah ini yaaa.... selamat bergab

PLASMOLISIS DAN DEPLASMOLISIS (Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik. Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar-masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengan mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar bisa masuk. Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titi