Langsung ke konten utama

Keanekaragaman Pada Serangga

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
keanekaragaman merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur danlainnya. Pada dasarnya semua makhluk hidup memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman makhlukhidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup. Keanekaragaman ada yang terjadi secara alami dan ada juga yang terjadi secara buatan. Keanekaragaman alami merupakankeanekaragaman yang terjadi akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan ligkungannya.

Keanekaragaman hewan menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu daerah. Sumber alam hayati merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan hidup, yang menjadikan lingkungan ini hidup dan mampu menghidupkan manusia dari generasi ke generasi. Banyak hewan sebagai produksi pangan, sandang, bahan industri dan tenaga pengangkut dan bahan hiasan. Kita patut bersyukur kepada Allah swt., karena alam semesta ini diserahkan kepada manusia untuk diambil hikmahnya, diolah, dimanfaatkan secara lestari keberadaannya, baik secara In Situ maupun Ex Situ.
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas (Artopoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa yunani yang berarti berkaki enam). Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo.

Untuk mengetahui serangga jenis apa saja yang terdapat pada lingkungan IAIN Raden Intan Lampung maka diadakan praktikum tentang keanekaragaman hewan (serangga).

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis dan species serangga yang ada di areal tertentu (misalnya sawah atau dibawah pepohonan sekitar kampus) serta menghitung indeks Dominansi (D) dan indeks keanekaragaman Shanon Wiener (H’)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  
                  A. Serangga
Serangga disebut pula Insecta, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Artopoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti berkaki enam. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.

B.     Sejarah

  • Keaneka-ragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).
  • Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang.
  • Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang . Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insang dalam serangga akuatik. Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang.

C.    Kemampuan

  • Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun.
  • Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu menjaga eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan terbangnya. Hewan yang dapat terbang dapat menghindari banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan menyebar ke habitat baru jauh lebih cepat dibandingkan dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.
  • Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna merupakan siklus hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan imago. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion. Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya. Tahapan belum dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan yang banyak.
Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan seterusnya sampai sempurna.

D.    Ragam

Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).
1.      Ordo Lepidoptera

ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan.
2.      Ordo Collembola

memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan. Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya.
3.      Ordo Coleoptera

memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan .
4.      Ordo Othoptera

termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan le bih keras dari sayap belakang.
5.      Ordo Dermaptera

mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus.
6.      Ordo Hemiptera

memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.
7.      Ordo Odonata

memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.

8.      Sub kelas Diplopoda

memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya.
Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman.

E. Biologi Serangga


Anatomi serangga betina


A- Kepala (caput)  
B- Dada (thorax)  
C- Perut (abdomen)
1. antena
2.
ocelli (bawah)
3. ocelli (atas)
4.
mata majemuk
5. otak (
ganglia otak)
6. dada depan (
prothorax)
7.
pembuluh darah dorsal
8. saluran
trakea (ruas-ruas dengan spirakulum)
9. dada tengah (
mesothorax)
10. dada belakang (
metathorax)
11.
sayap depan
12. sayap belakang
13.
perut
14.
jantung
15.
ovarium
16. perut belakang (
usus, rektum, anus)
17. anus
18.
vagina
19. berkas
saraf (ganglia perut)
20.
saluran Malpighia
21.
tungkai dada
22. cakar pengait
23.
tarsus
24.
tibia
25.
femur
26.
trochanter
27. perut depan
28. ganglion dada
29.
coxa
30. kelenjar ludah
31.
ganglion suboesophagus
32. mulut

Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan.

F.     Metamorfosis pada Serangga

Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.

G.    Morfologi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).

H.    Peran serangga

Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

A.                           Waktu dan Tempat
      Praktikum keanekaragaman hewan (serangga) ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 9 april 2012 – 11 april 2012 di kampus IAIN Raden Intan Lampung.

B.                            Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nampan kuning, alcohol 70 %, plastik, air detergen, dan botol.

C.                 Prosedur kerja
1.      Memilih areal sekitar kampus IAIN Raden Intan Lampung
2.      Menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan, dalam hal ini kelompok kami menggunakan nampan kuning.
3.      Meletakkan nampan kuning yang berisikan air detergen. Air detergen digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan, sehingga hewan yang masuk kedalamnya akan mati.
4.      Memasang perangkap selama 72 jan dan setiap 24 jam perangkap diamati.
5.      Memasukkan spesies yang tertangkap kedalam botol, setelah itu menghitung jumlahnya lalu mengidentifikasi hewan tersebut.
6.      Memasukkan hasil penelitian dalam table yang tersedia.
Menghitung indeks dominansi dan indeks Shanon Wiener
Indeks dominansi
D = ∑ ( 2            
Keterangan :    D = Indeks Dominansi Simpson
                        ni = jumlah individu tiap spesies
                        N = jumlah individu seluruh spesies
Indeks Shanon Wiener (H’)
H’ = - ∑ pi ln pi
Keterangan :    H’ = indeks keanekaragaman Shanon Wiener
                        Pi  = ni/N = kelimpahan relative species

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1
Pengamatan hari ke 1
No
Ordo
Famili
Jenis Perangkap (Nampan Kuning)
n (jumlah individu)
S (Spesies)

Orthoptera
Tetrigidae
4
Belalang

Odonata
Coenagrionidae
2
Capung jarum

Coleoptera
Coccinellidae
1
Kumbang hitam

Orthoptera
Gryllidae
2
Jangkrik

Araneae

2
Laba-laba

Tabel 2
Pengamatan hari ke 2

No
Ordo
Famili
Jenis Perangkap (Nampan Kuning)
n (jumlah individu)
S (Spesies)

Odonata
Coenagrionidae
1
Capung jarum

Orthoptera
Gryllidae
2
Jangkrik

Araneae
-
2
Laba-laba

Orthoptera
Tetrigidae
1
Belalang

Tabel 3
Pengamatan hari ke 3
No
Ordo
Famili
Jenis Perangkap (Nampan Kuning)
n (jumlah individu)
S (Spesies)

Orthoptera
Gryllidae
1
Jangkrik

Araneae
-
3
Laba-laba

Odonata
Coenagrionidae 
1
Capung jarum

Table 4
Hasil Perhitungan Indeks Dominansi Dan Indeks Shanon Wiener

No
Species
Pi
ln pi
Pi ln pi
(ni/N)2
1
Capung jarum
0,18
- 1, 71
-0, 3078
0,0324
2
Belalang
0,227
-1, 48
-0,3359
0,0515
3
Jangkrik
0,227
-1, 48
-0,3359
0,0515
4
Kumbang
0,045
-3, 10
-0,1395
0,0020
5
Laba-laba
0,318
-1, 14
-0, 3625
0,1011

Total
0, 99952
-8, 91
-1, 48168
0, 2385

Indeks dominansi
D = ∑ ( 2
D = 0, 2385
Indeks Shanon Wiener (H’)
H’ = - ∑ pi ln pi
H’ = - ∑ -1, 48168
H’ = 1, 48168

B. Pembahasan
             Praktikum tentang keanekaragaman hewan (serangga) yang telah dilaksakan pada hari senin tanggal 9 april 2012 – 11 april 2012 di kampus IAIN Raden Intan Lampung dengan menggunakan nampan kunng sebagai alat praktikum untuk memperoleh macam-macam serangga yang akan diamati. Nampan kuning yang telah disiapkan pada tempat tertentu pada hari pertama, tanggal 9 april 2012 telah mendapatkan serangga 4 jenis diantaranya yaitu belalang, capung jarum, kumbang hitam, jangkrik, dan laba-laba. Masing-masing spesies jumlahnya beragam, belalang mendapat 4 ekor, capung jarum mendapat 2 ekor, kumbang hitam mendapat 1 ekor, jangkrik mendapat 2 ekor, dan laba-laba mendapat 2 ekor.
Selanjutnya macam-macam serangga tersebut dimasukkan kedalam botol. Kemudian pengamatan yang kedua pada tanggal 10 april 2012 selama 24 jam mendapatkan bermacam-macam serangga yaitu Capung jarum, Jangkrik, Laba-laba dan Belalang. Jumlah yang didapat dalam hari kedua pun beragam. Capung jarum sebanyak 1 ekor, Jangkrik sebanyak 2 ekor, Laba-laba sebanyak 2 ekor dan Belalang sebanyak 1 ekor. Kemudian macam-macam serangga yang didapat tersebut dimasukkan kedalah botol yang telahdisediakan.
Pengamatan masih berlanjut pada hari ketiga yaitu pada tanggal 11 april 2012. Pada pengamatan hari ketiga, masih sama yaitu mendapatkan serangga yang bermacam-macam jenisnya, yaitu jangkrik, laba-laba dan capung jarum. Jumlah dari ketiga jenis serangga tersebut juga berbeda, yaitu jangkrik 1ekor, laba-laba 3 ekor, dan capung jarum 1 ekor. Selanjutnya jenis-jenis serangga tersebut dimasukkan kedalam botol yang telah disiapkan.
            Dalam hal ini, pengamatan juga mengidentifikasi ordo dan famili macam-macam serangga yang telah didapatkan. Diantaranya ordo dari capung jarum adalah Odonata dan familinya yaitu Coenagrionidae. Kemudian ordo dari belalang adalah Orthoptera dan familinya yaitu Tetrigidae. Selanjutnya ordo dari kumbang adalah Coleoptera dan familinya yaitu Coccinellidae. Selanjutnya yaitu ordo dari  jangkrik adalah Orthoptera dan familinya yaitu Gryllidae.dan ordo dari laba-laba adalah Araneae.
Keseluruhan jenis spesies yang didapat pada praktikum ini ada 5 species, dianraranya yaitu capung, belalang, kumbang, jangkrik dan laba-laba. Jumlah masing-masing spesies dalam 3 hari yaitu capung 4 ekor, belalang 5 ekor, kumbang 1 ekor, jangkrik 5 ekor dan laba-laba 7 ekor. Sehingga didapat jumlah individu seluruh spesies adalah 22 ekor. 
Data yang telah diperoleh dalam praktikum ini dianalisis dengan indeks dominansi dan indeks Shanon-Winer (H’). Dalam perhitungan dengan menggunakan rumus indeks dominansi dan indeks shanon didapat untuk species. Dalam perhitungan didapat nilai D yaitu 0, 2385, dan nilai H’ adalah 1, 48168. Dengan diperolehnya nilai H’ = 1, 48168 maka dapat dinyatakan bahwa keragaman pada serangga yang telah didapat pada praktukum ini adalah termasuk keragaman sedang karena nilai adalah antara 1 – 3.

BAB V
KESIMPULAN



Berdasarkan uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu ;
1.      Pada hari pertama tanggal 9 april mendapatkan serangga 4 jenis diantaranya yaitu belalang, capung jarum, kumbang hitam, jangkrik, dan laba-laba. Dan jumlah individu seluruh spesies adalah 11 ekor.
2.      Pada hari kedua tanggal 10 april mendapatkan serangga 4 jenis yaitu capung jarum, jangkrik, laba-laba dan belalang. Dan jumlah individu seluruh spesies adalah 6 ekor.
3.      Pada hari kedua tanggal 11 april mendapatkan serangga 3 jenis yaitu jangkrik, laba-laba dan capung jarum. Dan jumlah individu seluruh spesies adalah 2 ekor.
4.      Jumlah individu seluruh spesies adalah 22 ekor.
5.      Dalam perhitungan didapat nilai D yaitu 0, 2385, dan nilai H’ adalah 1, 48168. Dengan diperolehnya nilai H’ = 1, 48168 maka dapat dinyatakan bahwa keragaman pada serangga yang telah didapat pada praktukum ini adalah termasuk keragaman sedang karena nilainya adalah antara 1 – 3.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga ( 19 april 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang ( 19 april 2012)
http://estiarana.blogspot.com/2011/02/klasifikasi-kumbang-kepik-koksi.html ( 19 april 2012)
http://yosieyosefa.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-belalang.html ( 19 april 2012)
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100829014349AA4YNOZ ( 19 april
2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkerik ( 19 april 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba ( 19 april 2012)
http://www.jepretanhape.com/2011/12/capung-jarum-agriocnemis-pygmaea.html ( 19 april
2012)
Panduan Praktukum Ekologi, 2012, Bandar Lampung : IAIN Lampung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sel Epitel Rongga Mulut

BAB I PENDAHULUAN    1.1 Latar belakang                     Sel epithelium merupakan sel penutup permukaan tubuh,baik permukaan tubuh sebelah luar atau permukaan tubuh sebelah dalam.Contoh permukaan sebelah luar yang memiliki sel epithelium adalah kulit,sedangkan permukaan sebelah dalam tubuh yang mengandung epithelium adalah permukaan dalam usus,paru-paru,pembuluh darah,dan rongga tubuh.Epitelium yang berada di dinding dalam kapiler darah dan pembuluh linfa disebut endothelium.sedangkan yang melapisi rongga tibuh disebut mesotelium.      Sel-sel epithelium terikat satu dengan yang lainnya oleh zat pengikat antar sel,sehingga hamper tidakada ruangan antars el.Dengan demikian,sel ini dapat melindungisel dibawahnya dari pengaruh lingkungan luar.Karena proses pengeluaran dan pemasukan zat dari dalam atau luar tubuh banyak melalui epithelium,maka sifat permeabelitas dari sel-sel epitel memegang peran penting dalam pertukaranzat antara l

BELAJAR SHOPEE UNTUK PEMULA

Diera pandemi seperti sekarang ini, kesulitan ekonimi dirasakan diseluruh bidang perekonomian. adanya PPKM membuat masyarakat tidak leluasa untuk keluar rumah sekadar berbelanja barang kebutuhanya. Marketplace hadir sebagai solusi. dengan hadirnya marketplace di indonesia, mampu menjadi salah satu alternatif tempat belanja pilihan untuk pemenuhan kebutuhan. kenapa online? pesatnya perkembangan digital yang amat sangat pesat membuat pasar online mampu menjadi primadona masyarakat penikmat fasilitas online.  marketplace hadir sebagai salah satu tempat pengembangan ekonomi di era pandemi. mampu bersaing berjualan di era pandemi dengan jutaan seller adalah hal yang menguntungkan. dan kamu bisa jadi salah satunya. yuk ikut kembangkan ekonomi dengan berjualan di marketplace... SHOPEE adalah salah satu marketplace andalan yang paling banyak diminati oleh masyarakat. belajar bersama menuju sukses bersama kelas shopee untuk pemula. yuk gabung dengan klik link dibawah ini yaaa.... selamat bergab

PLASMOLISIS DAN DEPLASMOLISIS (Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik. Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar-masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengan mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar bisa masuk. Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titi